Unair Lakukan Pendampingan Odha/Odhiv Tulungagung


Tulungagung - Jumlah orang dengan HIV/AIDS di Tulungagung terus bertambah. Sejumlah persoalan pun turut menghantui dalam program penanggulangan dan penanganan. 

Kepala Program Studi S3 Keperawatan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Dr. Nursalam, saat di Tulungagung mengatakan salah satu penunjang keberhasilan penanganan para Odha dan Odhiv tersebut adalah ketertiban dalam mengkonsumsi obat Antiretroviral (ARV).

Tak Hanya Itu, para Odha/Odhiv juga membutuhkan pendampingan secara psikologis. Program ini penting guna menguatkan mental dan semangat hidupnya.

"Dia tertib dalam minum obat dan lain sebagainya, tapi kalau psikologisnya tidak kuat. Distigma (negatif) oleh masyarakat sehingga dia menjadi self stigma, kemudian jadi stress, ini juga akan menimbulkan dampak yang buruk," kata Nursalam, Senin (5/6/2023). 

Untuk penguatan mental tersebut pihaknya menerjunkan sejumlah mahasiswa keperawatan Unair guna menggelar program pengabdian masyarakat di Tulungagung. Pihaknya berharap program tersebut dapat meningkatkan semangat hidup pada Odha. 

"Kita ini ingin teman-teman Odhiv/Odha itu punya kualitas hidup. Bagaimana aspek fisik, bagaimana aspek psikologis itu harus siap, itu harus baik," ujarnya. 

Pihaknya mengaku memilih melakukan pendampingan HIV/AIDS di Tulungagung, karena merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki kasus cukup tinggi. Di sisi lain pemerintah dan sejumlah stakeholder cukup responsif dalam melakukan upaya penanggulangan. 

Profesor Nursalam menambahkan, kasus HIV/AIDS perlu menjadi kewaspadaan bersama, karena memiliki karakter seperti fenomena gunung es, kasus yang riil jauh lebih besar dibandingkan dengan yang ada di permukaan. 

"Kita semuanya nggak tahu sebetulnya angkanya lebih banyak dibandingkan dengan yang terdata," jelasnya. 

Pihaknya menambahkan, orang yang hidup dengan HIV/AIDS belum tentu memiliki perilaku buruk dalam kehidupan sehari-harinya, sebab cukup banyak orang tang tertukar virus tersebut dari pasangannya. 

"Misalnya ibu-ibu sekitar 800 di Tulungagung saja, dia tidak bersalah, dia kena infeksi," ujarnya. 

Pihaknya berharap masyarakat tidak memberikan stigma negatif terhadap Odha, namun harus mendorong agar mereka bisa "survive" dan semangat dalam menjalani hidup. 

Untuk melawan stigma tersebut dibutuhkan kerja sama dengan lintas sektor, termasuk para tokoh masyarakat dan tokoh agama di tingkat desa. 

"Di sisi lain pemerintah daerah juga harus mensuport lebih besar, kepada relawan dan KPA," imbuhnya. 


Sementara itu Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Tulungagung Ifada Nur Rohmania, mengatakan angka Odha di Tulungagung terus meningkat, hal ini menjadi bukti bahwa pemerintah daerah dan stakeholder bekerja secara sungguh-sungguh dalam menyisir penyebaran HIV/AIDS. 

Menurutnya untuk penanggulangan kasus di Tulungagung, pihaknya telah memiliki sistem yang kuat, sehingga kerja sama antar lembaga terjalin dengan baik. 

"Jadi kalau barang sudah terinfeksi HIV dari sisi kesehatan itu yang jelas dinas kesehatan dan yang terkait. Kalau sudah berkaitan dengan support penguatan psikologis, kemudian juga program mitigasi, juga pendampingan juga kita turun bersama," kata Ifada. 

Hingga saat ini jumlah HIV/AIDS di Tulungagung mencapai lebih dari 3.000 kasus. Dari jumlah utu sebagian besar di antaranya dialami oleh usia produktif. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »