Tulungagung - Berawal dari hobi memelihara hewan reptil, seorang pemuda asal Tulungagung berhasil membudidayakan ular piton dari berbagai genetik. Peranakan ular produksinya mampu dijual mulai jutaan hingga ratusan juta rupiah.
Zaenal Arifin (38) warga Desa Bendosari, Kecamatan Ngantru, Tulungagung menjalankan usaha budidaya ular piton atau sanca sejak 2014 lalu. Ide budidaya reptil tersebut muncul setelah Ia berkecimpung sebagai penghobi ular sejak 2008 lalu.
"Saat itu peliharaan semakin tahun semakin besar terus dikawinkan silang, sehingga semakin banyak. Sekarang saya indukan sekitar 30-an. Ada yang lokal dan ada yang dari luar negeri, tapi semua jenis piton," kata Zaenal Arifin.
Pihaknya mengaku belajar peternakan ular piton secara otodidak, dengan mencari literasi dari berbagai sumber. Usaha kerasnya kini membuahkan hasil, ratusan ular piton dari berbagai genetik berhasil dikembangkan.
Ular dari peternakan miliknya kini telah dijual ke berbagai daerah, bahkan sampai ke manca negara. Untuk menjual ular tersebut, Zaenal menjajakkan secara daring.
"Rata-rata pembeliannya dari luar kota, termasuk kota-kota besar terutama Surabaya, Jakarta, Semarang luar pulau ya Sumatera, Kalimantan juga banyak sampai ke Papua. Luar negeri yang aku banyak biasanya daerah Malaysia, Singapura dan Thailand," ujarnya.
Setiap ekor ular yang dijual memiliki harga yang berbeda-beda, hal tersebut tergantung corak dan genetiknya. Semakin banyak campuran genetik, maka harga ular akan semakin tinggi.
Zaenal mengaku satu ekor ular di pergerakannya dijual mulai dari jutaan hingga ratusan juta rupiah. Ular paling mahal yang sempat Ia jual bernilai Rp 100 juta. "Paling mahal Rp 100 juta, itu dulu jenis piton albino, umur sekitar 3 bulan itu masih kecil. Yang beli dari Malaysia," imbuhnya.
Dijelaskan bisnis peternakan ular piton dinilai cukup menjanjikan, bahkan di saat pandemi COVID-19 terjadi lonjakan permintaan. Kondisi itu dipengaruhi oleh adanya imbauan dari pemerintah agar tidak keluar rumah. "
"Kalau pandemi akhir ini mulai turun, tapi yang awal tahun kemarin itu naik 100 persen lebih. Biasanya kita jual sebulan 3 sampai 5 ekor bisa 10 sampai 20 ekor. Harga pun juga pengaruh, ikut naik," kata Zaenal.
Pria yang juga penghobi tanaman hias tersebut, mengaku untuk menangkarkan ular membutuhkan proses yang panjang, mulai dari pengawinan hingga penetasan. "Mulai kawin sampai menetas butuh waktu delapan bulan. Karena untuk inkubator saja sampai menetas itu waktunya 90 hari," jelasnya.
Satu indukan ular berukuran besar, dalam sekali periode produksi mampu mengeluarkan hingga 60 butir telur. Sedangkan untuk ukuran sedang dan kecil telur yang dihasilkan rata-rata di bawah 40 butir.
"Untuk mendapatkan hasil yang bagu, saya kawinkan silang dengan genetik yang lain. Semua telur saya tetaskan melalui inkubator yang ada di dalam rumah," jelasnya.
Disinggung terkait perawatan ratusan ular piton itu, Zaenal mengaku tidaklah rumit, dalam satu bulan pihaknya menghabiskan sekitar Rp 2 juta untuk pakan. "Pakan itu kalau yang besar sebulan sekali, makanannya ayam, kelinci. Kalau yang kecil dua minggu sekali, saya kasih tikus putih, kandang ayam kecil atau puyuh," imbuhnya.
Secara umum ular piton cukup aman untuk dipelihara, karena tidak berbisa. Meski demikian ular tersebut bisa mematikan melalui lilitannya. Zaenal menyarankan agar masyarakat yang hendak memelihara ular piton memiliki pengetahuan yang cukup, sehingga aman.
"Kalau orang awam pelihara ya tetap bahaya ular itu kan galak. Kalau yang harus diperhatikan wawasan, cara pegangnya cara kasih makan nya dan yang lain-lain," jelas Zaenal.