Peternak Tulungagung Manfaatkan Kotoran Sapi untuk Biogas

Tulungagung - Sejumlah peternak di Desa Nglurup, Kecamatan Sendang, Tulungagung memanfaatkan kotoran sapi untuk biogas. Gas metan yang dihasilkan kini bisa digunakan untuk memasak dan mengurangi ketergantungan terhadap gas LPG. 

Desa Nglurup merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di Kecamatan Sendang, Tulungagung. Sehingga tak heran populasi sapi di desa ini mencapai lebih dari 1.000 ekor. 

Menjadi peternak sapi perah merupakan mata pencaharian mayoritas masyarakat. Namun banyaknya populasi sapi juga menimbulkan persoalan lingkungan, terutama bagi yang membuang kotoran ke aliran sungai. 

Ancaman pencemaran lingkungan tersebut mulai menjadi perhatian dari beberapa peternak. Setidaknya 10 peternak di Desa Nglurup kini memanfaatkan kotoran sapi menjadi biogas. 

"Kotoran sapi yang biasanya kami buang, saat ini dimanfaatkan untuk biogas. Alhamdulillah kami mendapat bantuan CSR untuk pembangunan instalasi biogas dari Airnav," kata salah satu warga Suyono, Kamis (31/10/2024). 

Menurutnya proses pembuatan biogas cukup sederhana. Kotoran sapi yang dihasilkan selanjutnya dicampur menggunakan air dengan perbandingan 1:1 dan dialirkan ke tangki pendam berkapasitas 8 meter kubik. 

"Dari situlah kemudian menghasilkan gas metan. Gas itu dialirkan ke pipa menuju kompor gas. Hasilnya cukup bagus, apinya juga biru," imbuhnya. 

Dengan adanya biogas tersebut keluarga Suyono tak lagi ketergantungan dengan LPG, karena seluruh kebutuhan kompor untuk memasak dapat tercukupi dengan biogas. 

"Biasanya pakai kayu bakar dan LPG 3 Kg. Satu bulan habis 4 tabung LPG, sekarang enggak pakai lagi," jelasnya. 

Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar, operasional biogas juga meminimalisir pencemaran lingkungan, sebab ampas biogas dapat digunakan untuk pupuk. 

Diakui untuk gas metan yang dihasilkan dari biogas tidak menimbulkan bau pada saat api telah menyala. "Bau itu muncul pada saat sebelum menyala, ya sama halnya dengan LPG, juga ada bau seperti itu," imbuhnya. 

Sementara itu Manajer Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Airnav, Farhan Jamil, mengatakan program bantuan di bidang lingkungan tersebut merupakan salah satu tanggung jawab instansinya, karena operasional navigasi penerbangan juga menghasilkan karbondioksida. 

"Maka kami juga berkewajiban untuk mengurangi karbondioksida tersebut. Kenapa kami memilih biogas, karena di sini banyak peternakan sapi, sehingga banyak kotoran. Nah kotoran ini biar tidak terbuang ke hutan atau sungai maka dibuatlah biogas ini," kata Farhan. 

Menurutnya di Desa Nglurup pihkanya membangun 10 instalasi biogas mulai dari penampungan hingga pisa saluran ke kompor gas. 

"Dengan ini warga bisa mengambil gasnya untuk memasak. Keberadaan biogas juga bisa menghemat pengeluaran, yang tadinya pakai LPG bisa beralih ke biogas," imbuhnya.