Produksi Susu Lokal Masih Rendah, 80 Persen Impor

Tulungagung - Produksi susu sapi nasional masih rendah, kondisinya jauh lebih sedikit dibanding tingkat kebutuhan konsumsi. Akibatnya angka impor susu mencapai 80 persen.

Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan IPB, Epi Taufik, mengatakan saat ini produksi lokal baru mencapai 864,6 ribu ton atau sekitar 19 persen dari kebutuhan nasional sebanyak 4,5 juta ton.

"Sehingga apabila konsumsi susu dan produk turunannya ini lebih banyak untuk memperkaya negara lain, karena 80 persen susunya adalah impor, yang dari dalam negeri sedikit sekali," kata Epi Taufik di Tulungagung, Jumat (18/10/2019).

Rendahnya produksi susu dalam negeri dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satunya minimnya pengetahuan dari para peternak tentang tata cara beternak yang baik dan benar, sehingga berdampak pada produktivitas susu secara kualitas dan kuantitas. Selain itu regulasi terkait perlindungan susu dalam negeri dari pemerintah juga belum maksimal.

Menurutnya, beberapa tahun yang lalu sempat muncul Permentan Nomor 26/2017 yang mewajibkan industri untuk menyerap susu lokal. Namun aturan itu akhirnya direvisi menjadi Permentan Nomor 33 Tahun 2018.

"Yang direvisi hanya beberapa pasal, salah satunya menghapus hanya kewajiban menjalin kemitraan, namun untuk kemitraan sendiri sebetulnya masih ada," ujarnya.

Revisi pasal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pedang dagang dunia serta konsekuensi keanggotaan Indonesia dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sehingga harus melakukan sinkronisasi dengan aturan ekspor dan impor.

Padahal menurut Epi, kewajiban menyerap susu lokal akan mendongkrak produksi susu dalam negeri dan melindungi peternak sapi perah lokal.

"Di Jepang perusahaan susu tidak boleh memiliki peternakan sendiri, semua harus beli ke peternak rakyat,
harus bermitra dengan peternak rakyat dan diwadahi semacam koperasi, sehingga peternakan berkembang pesat," ujarnya.

Ahli susu ini mengatakan, meskipun tidak ada kewajiban lagi bagi industri untuk menyerap susu lokal, namun program kemitraan masih sangat relevan untuk diterapkan, guna. mendorong produksi susu nasional.

"Pengetahuan dan pemahaman para peternak sapi perah lokal harus terus diperbarui, sesuai dengan GDFP (Good Dairy Farming Practices) salah satunya melalui program kemitraan. Hal tersebut dilakukan agar para peternak sapi perah lokal dapat mengikuti perkembangan informasi dan teknologi peternakan sapi perah terkini di Indonesia dan dunia pada umumnya," imbuh Epi.

Dikatakan dengan program kemitraan, secara otomatis industri susu akan memberikan pembinaan kepada peternak yang menjadi mitra, sehingga susu yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus.

"Saya mengapresiasi industri yang menjalin program kemitraan dengan para peternak lokal. Ini akan memberikan dampak positif, bukan hanya dari kualitas tetapi juga harga. Sehingga kesejahteraan peternak akan ikut terangkat," imbuhnya.

Sementara itu salah seorang peternak sapi perah di Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Mita Kopiyah mengatakan selama beberapa tahun terakhir ia telah mengikuti program kemitraan dengan salah satu perusahaan susu mendapatkan manfaat yang cukup besar.

"Awalnya itu saya tidak punya sapi dan hanya memelihara milik orang lain dengan sistem bagi hasil, kemudian setelah menabung akhirnya memiliki sapi sendiri satu ekor hingga berkembang menjadi belasan ekor," kata Mita.

Dalam kemitraan tersebut pihaknya mendapat pembinaan secara langsung dari perusahaan tentang tata cara beternak yang baik, sehingga hasil produksi susu serta kualitas yang dihasilnya mengalami peningkatan.

"Dulu sebelum kemitraan satu ekor sapi hanya memproduksi susu sekitar 10-15 liter, tapi setelah kemitraan naik menjadi 20 liter," kata Mita.

Sementara itu, Fresh Milk Relationship Manager FFI Efi Lutfillah, mengatakan perusahaannya telah menjalin kemitraan dengan program kemitraan farmer2farmer. Pihaknya berharap program tersebut dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang peranan penting peternak sapi perah lokal dalam ketersediaan susu nasional dan kontribusinya terhadap gizi nasional. Selain itu, melalui kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, diharapakan para peternak dapat menggenjot  produksi sapi perah dan turut meningkatkan kesejahteraan mereka.

"Kami berharap masyarakat lebih menyadari kontribusi peternak lokal dalam penyediaan kebutuhan susu dan gizi nasional. Kegiatan ini juga merupakan salah satu wadah untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman antar sesama peternak sapi perah lokal dengan ahli peternakan untuk meningkatkan produksi susu dan kesejahteraan peternak," ujar Efi.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »