Tulungagung - Dengan cekatan penuh konsentrasi, remaja penuh tato ini menggerakkan gunting dan sisir di antara helai rambut pelanggannya. Sesekali ia memandang ke arah cermin untuk melihat hasil potongannya.
Suara dentingan gunting yang beradu dan obrolan kecil tentang kehidupan di dalam penjara menjadi santapan Novian Lutfi setiap hari. Di dalam bilik berukuran 3x2,5 meter ia dan salah satu rekannya sesama narapidana melatih keahlian memangkas rambut.
Ruangan yang didesain seperti barbershop ini seolah menjadi sekolah baru bagi Novan. Berbagai fasilitas penunjang pun disiapkan, alat cukur, meja, kursi hingga cermin besar. Suasana di dalam bilik kerja juga disulap dengan ornamen berciri khas rumah potong rambut.
Latar belakang Novan sebagai narapidana kasus pencurian ini bukan menjadi penghalang untuk mengasah keahlian sebagai bekal kehidupan kelak setelah terbebas dari balik jeruji.
"Saya nanti ingin buka barbershop sendiri," kata Novian saat berbincang dengan detikjatim di dalam bengkel kerja Barbershop Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tulungagung, Rabu (6/8/2025).
Bagi Novian Lutfi, memiliki keahlian memangkas rambut tak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, kesempatan di dalam kesempitan ruang geraknya di dalam penjara menjadi motivasi untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, hingga akhirnya ia nekat mengikuti program kemandirian yang diselenggarakan pihak lapas.
"Saya belajar potong rambut dari nol. Awalnya belum bisa sama sekali, belajarnya ya di sini ini," ujarnya.
Dengan bimbingan langsung dari mentor yang didatangkan dari luar lapas, Novian dengan cepat mampu mengasah kemampuan jasa pangkas rambut. Proses belajar ditempuh Novian dalam kurun waktu antara dua hingga tiga bulan.
"Ya belajarnya lumayan sulit, paling susah itu untuk proses terakhir atau merapikan," imbuhnya sambil tersenyum.
Hingga kini pria 25 tahun ini telah menguasai empat jenis potongan rambut. Berbagai karakteristik rambut dari para pelanggan di dalan lapas menjadi tantangan tersendiri.
Kepenatan di balik tembok teruji kini seakan terobati. Senyum puas dari setiap pelanggan seolah menjadi motivasi untuk bangkit dan mandiri.
"Saya dulu masuk sini (penjara) karena ngeblong (mencuri) di rumah majikan. Saya ingin menebus kesalahan itu dan menjadi lebih baik," ujarnya.
Perbuatan di masa lalu itu memaksanya harus merasakan tiga tahun hidup di dalam jeruji besi. Beruntung, fungsi pemasyarakatan di Lapas Tulungagung berjalan dengan baik sehingga tiap narapidana memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan dalam berkarya.
"Alhamdulillah, program pembinaan potong rambut ini sangat bermanfaat," pungkasnya.
Sementara itu Kepala Lapas Kelas IIB Tulungagung Ma'ruf Prasetyo Hadianto, mengatakan program pembinaan kepribadian dan kemandirian menjadi salah satu andalan dalam menjalankan fungsi pemasyarakatan.
"Ada banyak kegiatan yang dijalankan, mulai dari kesenian, pramuka, keagamaan, handicraft marmer, barbershop, konveksi, pembuatan keset, pertanian hingga peternakan," kata Ma'ruf.
Untuk peningkatan kemampuan warga binaan, pihkanya menjalin kerja sama lintas sektor, antara lain Kementerian Agama, Kwarcab Pramuka Tulungagung, BLK Singosari Malang hingga dinas pertanian dan berbagai instansi swasta lain.
Keahlian para mentor ditularkan langsung kepada peserta pembinaan yang ada di dalam lapas. Dari sekitar 700 warga binaan terdapat 115 yang mengikuti program kemandirian, sedangkan 200 orang mengikuti pembinaan kepribadian.
"Jadi kami memilih dan memilah bakat serta minat dari masing-masing warga binaan, selanjutnya kami berikan pelatihan. Alhamdulillah mereka mampu menyerap ilmu dengan cepat," imbuhnya.
Ma'ruf mengaku karya para narapidana tersebut saat ini telah banyak dipesan oleh berbagai pihak. Bahkan ratusan celemek produksinya kini dipakai oleh tim Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Untuk kerajinan marmer juga ada pesanan dari Kementerian Imipas," jelasnya.
Pihaknya berharap dengan kemampuan tambahan tersebut seluruh peserta pelatihan bisa mendapatkan bekal yang bisa dimanfaatkan untuk mencari penghidupan yang halal saat keluar penjara.
"Harapannya mereka bisa produktif dan diterima kembali di masyarakat," jelasnya.